Selain urusan asmara, pertanyaan-pertanyaan paling mencemaskan kaum muda, mungkin termasuk kamu, adalah “Apa sih bakatku?” Mereka cemas kalau diri mereka tidak memiliki bakat apapun. Mereka waswas kalau mereka ternyata tidak memiliki cukup bakat untuk sukses di suatu bidang yang mereka minati. Mereka kuatir tidak akan menjadi sesukses yang diimpikannya hanya gara-gara bakatnya tidak mendukung. Dalam alam pikiran mereka:
“hanya jika cukup berbakat maka bisa sukses; semakin berbakat maka akan semakin sukses; semakin kurang berbakat maka semakin kurang sukses.”
Satu hal mereka benar, yakni bahwa bakat “menunjang” kesuksesan. Tapi sisanya mereka salah sama sekali.
Apa sih arti bakat?
Secara sederhana, bakat bisa dianggap sebagai potensi kemampuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Potensi kemampuan itu, apabila diasah terus menerus dan dilatih secara maksimal akan membuat pemiliknya berkemampuan melebihi rata-rata orang. So, bakat itu hanyalah “POTENSI.” Tidak lebih. Sukses merupakan soal lain.
Bakat muncul dari mana?
Kamu pasti tahu kan, Gita Gutawa? Itu lho, anaknya Erwin Gutawa, musisi Indonesia terkemuka. Nah, menurutmu apakah kemampuan Gita menyanyi karena turunan dari ayahnya? Ternyata, bukan persoalan Gita anaknya Erwin Gutawa. Faktor terpenting adalah karena semenjak lahir ke dunia, Gita telah hidup dalam dunia musik sepenuhnya. Setiap hari, setiap waktu, dan setiap kesempatan dia bersentuhan dengan musik dan dengan orang-orang musik. Dengan sendirinya, Gita kecil mengasah dirinya sendiri untuk peka terhadap musik. Kepekaan itu terus terasah seiring waktu. Jadi tidak mengherankan jika kemudian Gita piawai bermain musik dan memiliki kepekaan terhadap musik yang tinggi. Lantas, kita menyebutnya Gita berbakat musik. So, kesimpulannya, bakat ada karena dimunculkan!
Memang ada orang-orang yang dilahirkan dengan kondisi fisik khusus yang membuat mereka tidak mungkin akan bisa menguasai suatu bidang melebihi rata-rata orang lainnya. Sebagai contoh, orang yang kakinya lemah atau pincang sejak lahir dan tidak bisa lagi dipulihkan, maka sudah tentu dia tidak akan bisa menjadi pemain sepakbola handal. Dengan demikian bisa dikatakan dia tidak berbakat dalam sepakbola.
Apakah setiap orang memiliki bakat?
Ya! Setiap orang memiliki bakat! Semua orang tanpa terkecuali memilikinya. Pada dasarnya, asalkan secara fisik normal dan memiliki kecerdasan normal, maka seseorang memiliki potensi untuk melakukan apapun. Tapi tidak ada orang yang sempurna kan? Tidak mungkin kita akan menjadi hebat (melebihi rata-rata orang) dalam semua hal yang kita lakukan. Ada hal-hal tertentu dalam diri kita yang lebih kuat dibandingkan hal-hal lain. Nah, kekuatan dalam diri kita itulah potensi kita.
Harus kita akui, ada orang yang memiliki bakat lebih besar dari yang lain. Mengapa demikian? Apabila bukan karena persoalan fisik (misalnya dalam bola basket, orang yang lebih tinggi memiliki keuntungan lebih besar dibandingkan yang bertubuh pendek), maka jangan kuatir, mereka yang lebih besar bakatnya hanyalah karena mereka terasah lebih dini dan lebih meminatinya (ingat kasus Gita Gutawa). Jadi, siapa yang berminat lebih tinggi, maka dialah yang bakatnya lebih besar.
Tahukah kamu kalau kebanyakan orang berpikir bahwa menjadi ilmuwan, penemu atau peneliti, merupakan jatahnya orang-orang supercerdas yang IQ-nya di atas 140, yang matematikanya 10 atau serendah-rendahnya 9? Alhasil, mereka mengira bahwa orang-orang seperti itulah yang berbakat di bidang keilmuan. Salah! Semua orang, asalkan dia memiliki kecerdasan normal memiliki potensi menjadi ilmuwan. Untuk disebut berbakat dalam bidang keilmuan, seseorang itu harus memiliki rasa ingin tahu yang super tinggi, mampu bekerja dan berpikir secara sistematis, mampu fokus pada satu hal secara terus menerus, kreatif menciptakan terobosan, serta memiliki kecintaan mendalam terhadap bidangnya.
Bagaimana kamu bisa tahu bakatmu?
Bagaimana kamu tahu kamu punya bakat tertentu jika kamu tidak pernah melakukan sesuatu? Tidak ada seorangpun bisa tahu bakatnya jika tidak pernah melakukan apa-apa. Bakat itu hasil tindakan. Bakatmu terlihat dengan sendirinya ada pada dirimu jika kamu melakukan berbagai hal dalam hidupmu. Sebagai misal, karena Edo (bukan nama sebenarnya), suka mendengarkan musik, maka dia berlatih memainkan gitar. Oleh karena dia senang musik, dia pun memutuskan berlatih piano. Oleh karena dia mencintai musik, maka dia mulai mencipta komposisi-komposisi musik. Lantas, ketika dia merasa memiliki kemampuan melebihi teman-temannya dan orang lain pun melihatnya memiliki kelebihan, lalu Edo dinilai berbakat musik. Dirinya sendiri pun menyadari kalau dia berbakat musik. Lantas karena tahu dirinya berbakat musik, Edo pun semakin bersemangat menekuni dunia musik. Dia berlatih keras untuk semakin piawai dan mahir.
So, lakukan banyak hal berbeda dalam hidupmu! Seriusi setiap aktivitas itu. Cermati aktivitas-aktivitas yang membuatmu merasa:
(1). “Ketika melakukannya kamu bisa seperti lupa waktu! Rasanya, kamu baru sebentar saja melakukannya, tapi ternyata kamu telah menghabiskan waktu begitu lama untuk melakukannya.
(2). “Aktivitas-aktivitas itu adalah aktivitas kreatif yang memerlukan pengerahan kemampuan dirimu (misalnya menonton film bukanlah aktivitas kreatif, tetapi membaca skenario-skenario film, menonton film untuk melihat kekhasan setiap film, membuat perbandingan antar film, lalu membuat scenario film adalah aktivitas-aktivitas kreatif terkait film)
LEO STORY
Kamu tahu kan Lionel Messi, si bocah ajaib dari Argentina? Pemain sepakbola yang bertinggi tubuh tidak sampai 170 cm itu (hanya 168 cm. Bandingkan dengan rata-rata pemain di eropa yang 180 cm!), merupakan orang berbakat di bidang sepakbola. Kakinya lincah dan kokoh, larinya pun kencang sehingga dia mampu meliuk-liuk melewati hadangan beberapa pemain lawan sekaligus, dan dia pun cerdas sehingga tahu benar bagaimana melewati hadangan lawan, mengoper dan mencetak gol. Tapi terpenting dari semua itu, dia pantang menyerah.
Tahukah kamu kalau saat kecilnya Messi menderita penyakit yang membuat tulang dan ototnya tidak berkembang? Penyakit itu akan harus membuatnya berhenti memainkan bola karena tulang dan ototnya tidak cukup kuat. Tapi dasar Leo sejak sangat kecil sudah sangat mencintai sepakbola, dia membandel. Leo kecil selalu ingin menendang bola meskipun sudah divonis untuk berhenti bermain bola. Orangtuanya yang termasuk keluarga miskin dan di wilayah miskin Argentina pun luluh. Mereka mengusahakan pengobatan Leo ke mana-mana. Pada akhirnya setelah menghabiskan begitu banyak biaya, mereka tahu bahwa Leo bisa sembuh dengan terapi hormon teratur. Tapi kabar buruknya datang; terapi itu membutuhkan biaya 100 dollar sebulan (kira-kira 1 juta rupiah). Penghasilan orangtua Leo tidak sebanyak itu. Maklum, mereka termasuk keluarga miskin di Argentina, yang juga termasuk Negara miskin. Akhirnya mereka pun menyerah. Mereka pasrah. Mereka hanya bisa membesarkan hati Leo dengan mengatakan kalau karirnya mungkin bukan di sepakbola.
Tapi, Leo kecil untungnya tidak menyerah. Jika saja Leo menuruti apa kata orangtuanya, maka kita tidak akan menonton liukan-liukannya di lapangan. Meskipun dia tahu sangat besar kemungkinannya tidak akan bisa menjadi pemain bola professional, tapi dia tetap bermain bola. Kali ini dia bahkan lebih bersungguh-sungguh. Ketika ditanya kenapa tetap bermain bola, dia menjawab: “Karena aku mencintainya.”
Begitulah. Hanya karena cinta Leo terus bermain bola. Skillnya pun makin terasah. Sampai suatu ketika seorang pencari bakat klub Barcelona, Spanyol, mendengar ceritanya. Si pencari bakat pun datang ke rumahnya dan melihat langsung keterampilan bola yang dimiliki Leo. Terkesima dengan skill Leo, si pencari bakat langsung menawari orangtua Leo untuk mengobati Leo sekaligus memberinya kontrak. Sejak hari itu, pengobatan Leo menjadi tanggungan Barcelona, begitu pun ekonomi keluarganya.
Kini Leo sudah berumur 21 tahun. Prestasinya mengkilap. Selama tiga tahun berturut-turut, dia dinominasikan sebagai salah satu dari 3 pemain terbaik di dunia (Tahun 2007 dia kalah dari Kaka, tahun 2008 dia kalah dari Cristiano Ronaldo, tapi tahun ini besar kemungkinan dia yang akan meraihnya). Bersama tim, dia sudah meraih 3 gelar liga spanyol, 1 gelar piala spanyol, 2 gelar Liga Champions, dan beberapa gelar lainnya. Itu bukan prestasi biasa untuk pemain yang berusia 21 tahun.
JK Rowling Story
Kamu pasti tahu benar JK Rowling. Itu lho si penulis serial buku paling laris sedunia, “Harry Potter”, yang film terbarunya baru saja dirilis (Sudah nonton? Jangan beli CD bajakan ya!). Menurutmu, apakah dia berbakat? Ya, perempuan paruh baya itu jelas sebagai orang berbakat dalam menulis.
Tahukah kamu kalau naskah Harry Potter pernah ditolak oleh berbagai penerbit? Itulah yang terjadi. Naskah sehebat itu ditolak berkali-kali oleh banyak penerbit besar di Inggris. Saat harapannya akan berakhir, dia menemukan sebuah penerbit kecil yang tidak memiliki banyak uang. Kabar baiknya, penerbit kecil itu mau menerbitkan karyanya. Tapi untuk menuliskan naskah itu tuntas, dia butuh uang untuk membiayai hidupnya. Sedangkan, penerbit yang akan menerbitkan naskahnya sedemikian kecilnya sehingga tidak bisa memberinya pinjaman di muka. Rowling, ibu paruh baya, itu pun meminta bantuan ke Pemerintah Inggris. Untungnya pinjaman itu dikabulkan. Jika tidak, kita tidak akan pernah tahu ada kisah petualangan Harry Potter yang melegenda. Lantas hasilnya pun sudah kita ketahui bersama. Buku Harry Potter adalah buku dengan penjualan tertinggi sepanjang sejarah perbukuan. Tingkat penjualannya hanya kalah dari penjualan Kitab Suci, itupun karena kitab suci telah dijual ribuan tahun.
Kisah Leo dan Rowling memberitahu kita bahwa bakat adalah hasil kerja keras! Kerja keras! Dan Kerja Keras!
Sumber:
1 komentarnya:
mantab....
Posting Komentar