Sabtu, 14 Mei 2011

Mengapa Sulit Memilih/Menentukan Karir?

Apakah Anda merasa tidak di rel karir yang tepat? Masih terus bertanya ”Inikah jalanku?” Pertanyaan puitis namun serius ini sering menyapa siapa saja dan menguap tergilas kesibukan yang seolah mau tak mau harus dijalani. Tak jarang Anda merasa berputar tanpa jalan keluar.
Tahukah Anda, ada tiga tema spesifik yang menjadi latarnya. Yakni: (a) membuat keputusan; (b) kecemasan dalam memilih berbasis pengalaman kognitif/afektif; dan (c) ketidaksepakatan orang terdekat/ significant other (Kelly & Lee , Mapping the domain of career, Journal of vocational behavior 61, 302-326,2002).
Masalah pertama, yakni membuat keputusan, terkait erat dengan kurangnya informasi dan kegamangan identitas (difusi). Mengapa ada identitas di sini? Isu identitas mulai merangkak ketika kita memasuki masa remaja, di mana pencarian identitas menjadi krusial. Siapa saya, akan menjadi siapa, akankah saya diterima orang lain/lingkungan saya, apakah pilihan saya benar, dst.
Pertanyaan akan eksistensi diri sadar atau tidak akan menggiring seseorang dalam memilih informasi untuk diri sendiri dan masa depannya, termasuk di dalamnya adalah pekerjaan/karir. Inilah sebabnya, dalam berbagai konsultasi karir, baik online maupun tatap muka, diskusi tidak sekedar pada pemilihan minat karir melainkan juga pada tujuan hidup, makna bekerja, karir, makna hidup, makna diri sendiri, dsb menjadi penting.
Sementara, kecemasan dalam memilih juga menghambat kita dalam membuat keputusan dalam karir. Ketika berbagai pilihan datang menghampiri, mungkin akan membuat Anda berloncat kegirangan, kemudian terhenyak bertanya, ”Yang mana ya?”. Untuk beberapa orang, hal ini menjadi stressor kecemasan karena adanya pengalaman negatif.
Anda bisa menjadi cemas karena pernah pusing tujuh keliling menjalani konsekuensi pilihan di masa lalu. Memang perlu kekuatan besar untuk bisa menaklukan kecemasan dan menerima riuhnya genderang di zona tak nyaman penuh resiko. Berbagi melalui forum konsultasi bisa menjadi salah satu sumber pengendor simpul kecemasan. Setidaknya Anda telah mampu membuka pintu diri untuk mengijinkan orang/pihak lain berdiskusi tentang bagian penting di kehidupan Anda.
Masalah ke tiga, yakni persetujuan orang terdekat seperti orangtua atau pasangan juga sebenarnya mulai terjadi jauh sebelum kita beranjak dewasa. Perdebatan mulai seru ketika seorang anak akan memilih jurusan pendidikan, hal ini dapat menjadi sumber kecemasan jika tidak tertangani dengan baik. Bisa jadi Anda akan merasa karir yang kini dijalani hanya untuk menyenangkan orang lain. Pada kenyataannya, Andalah yang menjalani dan ’memilih’ untuk mengiyakan ’saran/desakan’ orang lain itu.
Lantas, bagaimana?
Jadilah sahabat dan pendengar yang baik (aktif) bagi diri sendiri. Anda bisa memanfaatkan hasil penelitian di atas sebagai jaring kegalauan dalam karir. Manakah stressor utamanya? Apakah kesulitan dalam memutuskan masalah, terkaitkah dengan skill penyusunan prioritas atau ada hal lain? Apakah masalahnya kecemasan akan resiko di masa depan, keinginan berlebih untuk selalu di zona aman? Ataukah Anda membutuhkan cara komunikasi (negosiasi) baru untuk menghasilkan konsensus pilihan karir antara Anda dan orangtua/pasangan.
Jangan lupa, ada banyak instrumen yang bisa dimanfaatkan. Anda bisa mencari informasi tentang kecocokan minat-kepribadian-skill dengan bidang karir melalui kuis-kuis karir yang bertebaran di internet. Anda juga bisa mencoba mengikuti asessment karir secara online di web ini.
Semoga bermanfaat!

0 komentarnya:

Posting Komentar